UjianAkhir Semester Mata Kuliah Pedagogika; UAS NAM 2021; You are Here. Home. pengertian ular tangga. Tag: pengertian ular tangga. Permainan Ular Tangga dan Manfaatnya bagi Anak Usia Dini. ALAT PERMAINAN EDUKATIF, RAGAM PERMAINAN 13 Maret 2020 13 Maret 2020 Sabyan Website.
Parapemain yang terlibat di dalamnya ada Shareefa Daanish, Vicky Monica, Fandy Ahmad, Fauzan Nasrul, Alessia Cestaro, Yova Gracia dan Randa Septian. Film ini menceritakan tentang sekelompok mahasiswa dari sebuah kampus yang melakukan pendakian gunung dengan Bagas sebagai pemimpinnya. Kekasih Bagas, Fina, yang memiliki kemampuan Indigo itu pun
DiUnggah pada tanggal 19 Oktober 2017Film 'Ular Tangga' kisahnya bercerita tentang seorang wanita bernama Fina, mahasiswi berwatak serius dan memiliki poten
Trans7 menghadirkan film Indonesia malam ini layar kaca. Ada film horor Ular Tangga yang pernah tayang di layar lebar pada tahun 2017. Ular Tangga mengikuti kisah Fina, mahasiswi berpotensi indigo, memiliki firasat buruk. Hal itu terkait dengan rencana mendaki gunung tim pecinta alam kampusnya.
. Home Resensi Rabu, 08 Maret 2017 - 1417 WIB Kisah Horor di Balik Film Ular Tangga A A A JAKARTA - Film Ular Tangga besutan Arie Azis ternyata menyimpan kisah horor orang-orang di balik layar. Kisah ini dialami langsung oleh penulis naskah dialami Girry Pratama, produser film. Saat ke Curug Barong dan mandi di air terjun, dia melihat ada satu batu besar yang sangat menyerupai kepala batu besar ini ada dalam film. Selanjutnya adalah kisah seorang nenek yang suka muncul di balik pohon besar. Nenek ini juga ada dalam film."Jadi awalnya kisah ini saya tulis iseng saja. Tetapi tidak disangka, ternyata jadi begitu panjang," kata Girry, kepada Sindonews, di Jakarta, Selasa 7/3/2017.Ditambahkan dia, perjalanan menuju curug cukup jauh dengan rute yang menanjak dan menurun. Latar inilah yang kemudian mengilhaminya memberi titel Ular dia, naskah awal cerita ini kemudian diberikan kepada Mia, terdiri dari tiga draf, karangan asli Girry. Karena lompat-lompat, akhirnya naskah karena terlalu ngepop, ada bagian yang tidak cocok. Nia mengaku dirinya sempat tidak ingin melanjuti penyuntingan naskah itu. Apalagi dia sedang sibuk."Ada tiga draf. Akhirnya saya rombak. Pada draf ketiga, saya ke Bali. Pernah saya cuekin naskah itu. Ketika saya kerja, saya di sana numpang di resort," menginap di resort ini, Mia mengaku didatangi oleh tiga makhluk gaib yang selalu mengganggunya. Salah satu dari makhluk itu berwujud nenek-nenek."Mereka lewat dari pintu depan ke pintu belakang dan duduk di membelakangi saya. Percaya atau tidak, nenek yang saya lihat di pondok itu ada di film," penampakan makhluk halus selama tiga hari berturut-turut di resortnya itulah, naskah film ini akhirnya bisa langsung dia selesaikan dan film akhirnya film ini, nenek-nenek yang dilihat Mia berperan sebagai makhluk halus penunggu pohon besar yang menyandera arwah manusia sebagai budaknya.nfl film indonesia Berita Terkini More 4 jam yang lalu 4 jam yang lalu 5 jam yang lalu 5 jam yang lalu 5 jam yang lalu 6 jam yang lalu
“Virtue always pays and vice always punished” Dunia permainan ular tangga sejatinya adalah dunia peradilan yang teramat adil. Pada puncaknya kita akan mendapat hadiah, kita naik tangga buat meraihnya. Hukuman permainan ini adalah apabia kita menyentuh ekor ular, dan meluncur turun, menjauh dari puncak. Ini adalah permainan anak-anak yang enggak sekadar permainan keberuntungan. Pada papan permainannya sendiri, tangga biasanya diikuti ilustrasi tokoh kartun yang melambangkan kebaikan, sedangkan ular diikuti oleh tindak tokoh yang berkonotasi degradasi, keserimpet kulit pisang yang dibuangnya sendiri, misalnya. Ada pesan moral dalam ular tangga. Berakar dari kebudayaan India, ular tangga mempunyai metafora yang lebih luas lagi. Di sana, permainan ini diasosiasikan dengan karma. Pembebasan dan emansipasi. Setiap kolom tangga melambangkan sifat kebajikan dan kolom ular represents sifat terburuk manusia. Naik tangga berarti melakukan kebaikan dan kita akan mendapat reward. Do bad things, kita bisa saja berakhir dengan mengulang langkah dari awal. Seluruh perjalanan dalam ular tangga, aslinya, adalah perjalanan mencapai nirwana. Dude, that’s deep. Sayangnya, tidak ada satupun mitologi ataupun simbolisme permainan ular tangga yang disangkutpautkan ama film Ular Tangga garapan Arie Azis. Ini adalah film tentang board game yang nyaris nothing to do with the actual game. Maksudku, kita bahkan enggak nemu ular tangga hingga menit ke tiga puluh. Sedari menit awal film malah dengan gencarnya memaparkan soal mimpi dan mekanisme dunia dalam cerita, yang enggak pernah benar-benar make sense. Usaha make believe film ini gagal total karena ceritanya tidak punya lapisan apapun. Film horor ini MELEWATKAN KESEMPATAN YANG LUAR BIASA BESAR dengan tema yang mestinya bisa diolah menjadi cerita psikologikal dan spiritual. But walaupun horor, film ini enggak ada seram-seramnya sama sekali. Dan karakter-karakternya, hehehe.. karakter apaaan? There is no single soul in the movie yang bisa bikin kita peduli. Aku suka banget permainan ular tangga. Aku sering bikin sendiri pake kertas buku kotak-kotak buat dimainin sama keluarga kalo lagi pulang libur lebaran. Ular tangga yang aku bikin biasanya pake tema mash up dari video game ataupun film kartun, misalnya Pokemon. Makanya aku jadi ngebet nonton film ini. Meski begitu aku juga sadar reputasi film horor Indonesia yang masih muter-muter di tempat. Jadi, aku masuk ke bioskop dengan keadaan jantung yang sudah siap banget buat dikaget-kagetin. Mungkin karena udah berprasangka buruk duluan itulah, alih-alih berasa happy kayak abis naik tangga, aku malah merasa merosot di punggung ular turun jauuuuhh banget setelah beberapa menit duduk menonton film ini. my favorite landing spot balik ke start! Ular Tangga menceritakan tentang sekelompok anak muda pecinta alam yang pergi naik gunung buat ngeliat sun rise. Kisahnya sendiri kata posternya diangkat dari kejadian nyata di Curug Barong, tapi kita enggak ngeliat curugnya, jadi aku enggak tahu seberapa besar porsi cerita-beneran film ini. Premis yang mendasari cerita sangat sederhana; pengen naik gunung, hambatannya adalah mereka nyasar dan kemudian menemukan permainan ular tangga dari kayu yang membawa petaka meminta jiwa. Cara ringkas jelasin film ini adalah banyangkan film The Forest 2016 dengan elemen Insidious. Tokoh utama kita, Fina so boring sehingga Vicky Monica tidak bisa sekalipun kelihatan meyakinkan, adalah orang yang punya bakat indigo. Dia mendapat penglihatan tentang keselamatan teman-temannya. Dia juga berkomunikasi dengan dua hantu anak kecil. Dengan belajar menggunakan kemampuannya tersebutlah, Fina memecahkan misteri di balik semua kejadian gak make sense yang menimpanya. -Naik gunung. -Ular tangga ada NAIK tangganya. -Ular melambangkan setan. Semua koneksi sederhana terhampar di sana, tinggal nyambungin. Dan film ini entah bagaimana bisa gagal melihatnya! Hasilnya kita mendapat cerita luar biasa poornya sehingga memanggil dirinya film adalah pujian yang terlalu manis. Film ini begitu enggak kompeten dan sangat males sehingga penulisannya terasa kayak dikerjakan oleh anak kecil. I dunno, mungkin dua hantu cilik di film ini bosen main ular tangga dan memutuskan untuk ngetik naskah, dan tidak ada yang beranjak untuk melarang mereka. Dialog seadanya, tidak berbobot, dan cenderung bikin kita ngikik. At one time si tokoh cowok jagoan bilang gini “Kotak ini pasti penting” dan dia melanjutkan kalimatnya dengan “Kita buka besok” tanpa rasa bersalah whatsoever hhihi. I mean, kalo memang penting, kenapa ngebukanya mesti nunggu ampe besookk???? Tidak ada effort dalam narasi film ini. Antara plot poin, ceritanya tinggal meloncat-loncat gampang banget. The whole actual script sepertinya memang cuma sesederhana mereka naik gunung -> nyasar ke rumah tua -> ngikutin hantu -> dapetin ular tangga. Mimpi dan jump scares adalah kombinasi maut yang justru jadi senjata utama film ini. Environment enggak pernah dimanfaatkan sehingga hutan yang mengurung mereka jadi sama membosankannya dengan para tokoh yang ada. Tidak ada motivasi pada tokoh-tokohnya, terutama yang bernapas. Mereka cuma going around ngelakuin pilihan-pilihan yang dogol. Aku enggak bisa mutusin mana yang lebih bloon antara masuk ke rumah tua, atau setelah masuk malah milih tidur di pekarangan rumahnya. Tidak ada stake. Tidak ada development. Tokoh yang diperankan Alessia Cestaro yang nyebut hutan dengan “hyutan” diperlihatkan jutek ama tokoh Shareefa Daanish, namun tidak pernah dibahas kenapa dan apa alasannya, lantas mereka jadi saling bersikap normal begitu saja. Tidak ada arc yang dibangun. Kita tidak tahu siapa tokoh-tokoh ini, hubungan mereka secara personal. Para pemainnya cuma punya satu job; tampak ketakutan, dan mereka semua gagal mengerjakan tugas mereka. Tidak ada emosi tersampaikan. Dalam film ini ada penampilan dari beberapa aktor yang cukup mumpuni, namun mereka hanya diutilize sebagai tokoh pemberi info. Pengecualiannya si Shareefa Daanish. Dia terlihat kompeten enough memainkan tokoh seadanya. Film ini nekat masukin twist, yang saking maksainnya, malah terasa kayak mereka sadar cerita mereka boring dan belokin cerita dengan harapan para penonton enggak menduga. Namun memang soal twist tersebut masih bisa aku maafkan, lantaran it eventually leads us ke adegan yang paling ingin kita lihat seantero durasi film; aku yakin orang-orang yang tertarik nonton film ini pasti ingin liat this particular scene; Shareefa Danish ngelakuin hal yang creepy! Joget Lingsir Wengi Jam rusak yang mati pun sesungguhnya benar dua kali dalam sehari. Selain the very last scene, ada satu dua shot film ini yang terlihat cukup meyakinkan. Aku suka momen ketika tokohnya Shareefa Daanish duduk di ruangan penuh lilin, di sana ada lemari yang punya cermin, dan tampak sosok hantu nenek pada pantulan cermin tersebut. Shot pohon besar dan adegan ketika Fina berjalan dengan lentera juga lumayan surreal. Namun buat sebagian besar film, production designnya terkesan amatir. Enggak detil. Aku enggak tau kalo cekikan bisa menimbulkan luka sayatan pada leher. Memilih untuk menggunaan efek praktikal buat sebagian hantu sesungguhnya adalah usaha yang patut diacungi jempol, hanya saja eksekusinya terlihat agak kasar. Film ini berusaha menggabungkannya dengan efek komputer, resulting penampakan yang enggak mulus. Kelebatan hantu malah jadi komikal dengan gerakan yang dipercepat dengan over. Editingnya juga terasa enggak klop. Film ini menggunakan tone warna keabuan yang mungkin buat menimbulkan efek misterius. Lagu pengisi yang digunakan, tho, terkadang terasa berbenturan keras dengan nuansa yang dibangun. Film ini sepertinya sudah turut siap untuk diputar di televisi karena ada beberapa jeda yang seolah sengaja dijadikan slot buat pariwara. Fina dan teman-temannya melanggar batas wilayah yang seharusnya tidak boleh dimasuki oleh penjelajah. Sama seperti filmnya yang melanggar satu garis batasan yang semestinya dihindari jauh-jauh oleh film horor. Yakni menjadi gak-sengaja lucu. Ada banyak momen ketika tawa malah memenuhi studio bioskop tempat aku menonton, misalnya ketika salah satu teman Fina kepayahan menggotong tubuh rekannya. Atau ketika tangan hantu anak kecil itu dipegang oleh mereka. Buatku ada satu momen yang bikin aku kesulitan berhenti terbahak, yaitu ketika kamera memperlihatkan peta pendakian gunung yang Fina dan teman-teman bawa. PETANYA KAYAK PETA DI UNDANGAN NIKAHAN!!! Hahahaha.. Gak heran kenapa mereka tersesat. Gak heran perasaan Fina enggak enak about perjalanan mereka. Kocak banget mereka mampu nyediain papan kayu ular tangga tapi enggak bisa ngasih peta yang lebih proper. It’s just a lazyness, people! Nyaris tidak ada redeeming quality, film ini kalo dijadiin permainan ular tangga pastilah isinya ular melulu. Cuma ada satu tangga pendek. Adalah sebuah problem besar jika film horor malah jatohnya unintentionally funny dan enggak seram. Penulisan, penokohan, penampilan, semuanya terlihat tidak kompeten. Tidak ada bobot apapun. Mungkin diniatkan sebagai petualangan horor, tapi gagal dalam penyampaian. Film ini melewatkan kesempatan yang begitu besar karena Ouija Origin of Evil 2016 sudah membuktikan board game bisa dijadikan materi horor yang compelling jika digarap dengan sungguh-sungguh dan enggak males. The Palace of Wisdom gives setengah dari kocokan dadu snake eyes’ for ULAR TANGGA. 1 out of 10 gold stars! That’s all we have for now. Remember, in life there are winners. And there are losers.
"Ular Tangga" punya bekal mencukupi untuk menjadi suguhan horor menarik. Premisnya unik. Keterlibatan Shareefa Daanish pasca lima tahun absen bermain film juga menjadi daya tarik. Fakta di balik layar lain turut pula menyita perhatian, yaitu mengenai Wilson Tirta, produser eksekutif sekaligus pendiri Lingkar Film selaku rumah produksi bagi "Ular Tangga" yang masih berusia 14 tahun, menjadikannya produser film Indonesia termuda. Tidak heran jika gemerlap industri film menarik minat wiraswasta muda ini. Ide cerita Wilson sempat ditawarkan pada Jujur Prananto, namun batal karena proses penulisan naskah Jujur dianggap terlalu lama. Rupanya ini pangkal permasalahannya. Ketidaksabaran Wilson mendorongnya berpaling pada Mia Amalia "Luntang Lantung", "Inikah Rasanya Cinta?". Sedangkan bangku penyutradaraan diisi Arie Azis "Oops!! Ada Vampir", "Penganten Pocong", "Rumah Hantu Pasar Malam". Oh Tuhan, mendadak proyek ini terasa mengkhawatirkan. Apakah hasrat mempercepat proses produksi berujung mengesampingkan kualitas? Menengok hasil akhirnya, kecurigaan tersebut jelas beralasan. Bayangkan saja, anda menyaksikan film berjudul "Ular Tangga" lalu mendapati amat minimnya kontribusi permainan itu. Ibarat makan sate ayam dengan porsi daging ayam sangat sedikit. Atau nasi goreng tanpa nasi. Wajar bila sebagai konsumen saya berang, merasa tertipu. Alkisah, Fina Vicky Monica kerap mengalami mimpi buruk yang dicurigainya merupakan pertanda atas kejadian masa depan. Rasa penasaran membuat Fina membaca buku "The Interpretation of Dreams" milik Sigmund Freud sembari berkonsultasi pada seorang dosen Roy Marten. Saya enggan menyalahkan kebodohan pada film horor mengingat tujuan utamanya adalah menakut-nakuti. Ketidaktepatan ilmu maupun lubang logika bisa dimaklumi. Namun kengawuran "Ular Tangga" sudah kelewatan, menunjukkan kedunguan hasil ketidakpedulian penulisnya. Menyatukan fantasi, mistis, reliji dan sains dalam horor itu lumrah. Namun harus ada poin yang dijadikan pegangan. Seseorang bisa membuat cerita didasari sains lalu melebarkan semaunya berbasis imajinasi ke ranah lain, pun sebaliknya. Fokus gambar kerap menyoroti buku "The Interpretation of Dreams" tapi jelas teori Freud hasrat terpendam, bawah sadar, masa lalu bukan penopang cerita. Bahkan, setelahnya unsur mimpi tak lagi muncul, beralih sepenuhnya ke mistis. Aneh pula kala Roy Marten selaku dosen awalnya berteori soal sisi terpendam manusia lewat kalimat yang bak dikutip mentah-mentah dari Wikipedia sebelum tiba-tiba bicara tentang ilmu lebur sukma, lalu berganti lagi membicarakan agama. Kenapa seorang dosen menggunakan istilah "lebur sukma" ketimbang "astral projection" yang mana lebih scientific? Koreksi jika salah, tapi setahu saya lebur sukma bukan semata-mata ajian mengeluarkan roh seseorang dari tubuhnya. Tapi sudahlah. Terserah. Semua itu tak penting asal "Ular Tangga" sanggup menghibur. Kembali ke cerita, Fina dan rekan-rekan pecinta alamnya tengah bersiap mendaki Gunung Barong walau ia merasakan firasat buruk. Di tengah pendakian, mereka tak menghiraukan larangan Gina Shareefa Daanish sang guide melewati sebuah jalur, dan bisa diduga, teror pun menghampiri. Hantu-hantu bermunculan, ditambah misteri tentang ular tangga berbahan kayu yang terkubur di bawah pohon besar. Mari lupakan fakta betapa bodohnya para tokoh melanggar pesan sosok yang paham seluk beluk daerah setempat. Mana ada pecinta alam berpengalaman melakukan itu? Kenapa pula pecinta alam nekat mengambil barang misterius di suatu tempat apapun alasannya? Lagi-lagi saya bermurah hati memaafkan kelalaian tersebut. Film ini jadi tak termaafkan ketika permainan ular tangga urung dimanfaatkan. Setelah menanti sekitar 35 menit, daripada hybrid petualangan fantasi dan horor, papan ular tangga hanya dijadikan jalan menghilangkan satu per satu karakter. Setiap dadu bergulir, terjadi gempa, kemudian seseorang hilang. Begitu seterusnya, menciptakan pola berikut Lani menggelindingkan dadu "Hah? Lani hilang! Ke mana Lani?!" "Lani! Lani!" Mereka mencari Lani. Dodoy menggelindingkan dadu. "Hah? Dodoy hilang! Ke mana Dodoy?!" "Dodoy! Dodoy!" Mereka mencari Dodoy. Bagas menggelindingkan dadu. "Hah? Bagas hilang! Ke mana Bagas?!" "Bagas! Bagas!" Rasa takut juga gagal dipancing akibat penampakan hantu medioker serta hanya satu jump scare berhasil mengejutkan selama 94 menit durasi. Kengerian semakin nihil akibat kerap tak sesuainya pemilihan lagu. Paling menggelikan kala nomor pop balada "Memori Indah" milik Achie membungkus momen mendekati akhir yang diniati emosional tetapi berujung memancing tawa. Ending-nya berpotensi memuaskan tipikal tragic cliffhanger khas horor kalau bukan karena tambahan satu adegan yang memaksakan twist sembari berusaha menambah porsi Shareefa Daanish. Ya, jika anda tertarik menonton "Ular Tangga" karena keberadaan sang aktris, urungkan niatan tersebut. Shareefa hanya muncul di awal dan akhir dengan signifikansi minim serupa board game-nya. Padahal kalau ada yang bisa menyelamatkan "Ular Tangga", Shareefa Daanish orangnya.
Ular tangga, salah satu permainan yang pastinya familiar di berbagai wilayah di Indonesia. Dan tentu, sesekali kita pasti pernah memainkannya. Kali ini, kita bisa menikmati ular tangga tidak hanya dalam bentuk permainan tapi juga film. Ular Tangga The Movie Based on True Story Ular Tangga the Movie akan menyuguhan kisah petualangan para pecinta alam saat pendakian ke Curug Barong yang dipenuhi dengan kisah horor. Pasalnya, di tengah rute pendakian Curug Barong, Bagas Ahmad Afandy, beserta Fina Vicky Monica, Martha alessia Caestro, William Fauzan Nasrul, Dodoy Randa Septian dan Lani Yova Gracia menemukan hal-hal aneh dan dibayangi dua gadis kecil berambut panjang dengan gaun panjang berwarna putih. Alur cerita yang diangkat berdasarkan kisah nyata ini memvisualisasikan kemampuan Fina dalam melihat alam lain. Sebelum pendakian Curug Barong dilaksanakan, Fina telah mendapatkan firasat yang tidak baik lewat mimpi dan pertanda buruk yang dialaminya. Dalam perjalanan Jakarta menuju Curug Barong pun, Fina mengigau tentang Gina, macam seorang cenayang. Fina, secara tak sadar mendeskripsikan Gina Shareefa Danish, guide pendakian mereka, yang belum ia kenal sama sekali. Sontak, semua teman-temannya merasa kaget dan terperanjat, terlebih Bagas, pacar Fina dan satu-satunya orang yang berkomunikasi dengan Fina. Bagas dan kawan-kawan tak mematuhi panduan rute Gina dan memasuki area terlarang di Curug Barong. Mereka selalu tersesat dan dikejutkan dengan berbagai hal tak terduga. Hal-hal menyeramkan mulai berdatangan sejak teman-teman Bagas memulai permainan ular tangga yang mereka temukan dalam rumah tua di tengah hutan. Satu per satu teman-teman Bagas menghilang. Di tengah hiruk pikuk ini, Fani berupaya untuk menemukan teman-temannya dengan memfokuskan pikirannya menjelajah ke dunia lain. Film ini sudah tayang sejak tanggal 9 Maret di berbagai bioskop di Indonesia. Temukan keseruan dan akhir dari kisah petualangan ini di bioskop kesayangan kamu! Trailer Ular Tangga the Movie
ULAR TANGGA adalah sebuah film drama horor misteri terbaru Indonesia 2017. Film Ular Tangga 2017 ini, akan bercerita tentang seorang gadis bernama FINA 20, Ia adalah seorang mahasiswi yang memiliki watak serius, dan juga memiliki potensi indigo, serta sebenarnya Ia sudah memiliki sebuah firasat buruk. Mimpi buruk yang sering kali muncul didalam tidurnya, seperti menghidupkan alarm bahaya didalam dirinya. Hal tersebut terkait dengan sebuah rencana pendakian gunung oleh tim pecinta alam dikampusnya. Kebetulan sekali, tim yang akan berangkat tersebut dipimpin oleh BAGAS 21, yaitu kekasih FINA. BAGAS tak percaya akan kekhawatiran FINA. Ia malah membujuk FINA supaya tetap ikut berangkat, bersama dengan tim pecinta alam yang beranggotakan MARTHA, DODOY, WILLIAM dan LANI. Pada awal pendakian, perjalanan mereka dibantu oleh GINA, yaitu seorang pendaki dan juga penunjuk jalan yang sudah berpengalaman, dan juga mengenal medan di gunung ini disutradarai oleh sutradara film bernama Arie Azis. Dan sedangkan untuk naskah skenarionya ditulis oleh seorang penulis bernama Mia Amalia. Ular Tangga Movie ini, diproduksi oleh Rumah Produksi Film Lingkar Film. Film ini direncanakan mulai tayang dibioskop layar lebar mulai tanggal 9 Maret 2017 Indonesia, dengan memakai bahasa Indonesia sebagai bahasa utamanya. Film ini diproduseri oleh Tommy Soemarni, dan akan dibintangi oleh bintang bintang papan atas tanah air, yaitu seperti Alessia Cestaro, Randa Septian, Yova Gracia, Ahmad Affandy, Fauzan Nasrul, Shareefa Danish, dan Vicky Monica. Sinopsis Film Ular Tangga 2017 Film ini akan menceritakan tentang seorang gadis bernama FINA 20, Ia adalah seorang mahasiswi yang memiliki watak serius, dan juga memiliki potensi indigo, serta sebenarnya Ia sudah memiliki sebuah firasat buruk. Mimpi buruk yang sering kali muncul didalam tidurnya, seperti menghidupkan alarm bahaya didalam dirinya. Hal tersebut terkait dengan sebuah rencana pendakian gunung oleh tim pecinta alam dikampusnya. Kebetulan sekali, tim yang akan berangkat tersebut dipimpin oleh BAGAS 21, yaitu kekasih FINA. BAGAS tak percaya akan kekhawatiran FINA. Ia malah membujuk FINA supaya tetap ikut berangkat, bersama dengan tim pecinta alam yang beranggotakan MARTHA, DODOY, WILLIAM dan LANI. Pada awal pendakian, perjalanan mereka dibantu oleh GINA, yaitu seorang pendaki dan juga penunjuk jalan yang sudah berpengalaman, dan juga mengenal medan di gunung tersebut. Sayangnya, mereka mengindahkan peringatan GINA, supaya mereka tetap memilih jalan yang aman, Tanpa di sadari, jalan yang mereka pilih tersebut, mengantarkan mereka ke sebuah pohon tua yang sangat angker, dan juga rumah misterius di gunung, yang mempunyai sebuah cerita kelam di masa lalu. FINA baru menyadari bahwa, bahaya telah mengancam dirinya dan juga teman-temannya. Kemunculan dua hantu anak kecil, yaitu SANIA dan TANIA, seolah olah menjadikan pertanda akan bahaya yang tengah mengancam nyawa mereka. Mereka akhirnya tersesat di gunung, dan terpaksa bertahan di dalam rumah misterius, yang sudah tidak dihuni bertahun-tahun. Namun, disaat mereka mempunyai keinginan untuk turun gunung, segalanya telah terlambat. Kejadian buruk satu per satu menimpa mereka. Semua itu mulai dengan penemuan sebuah permainan kuno, yaitu ular tangga yang terbuat dari bahan kayu, di bawah pohon angker tersebut. Penemuan tersebut memunculkan kembali, sesosok hantu yang sangat berbahaya. Hantu yang penuh dengan kemarahan, dikarenakan pohon angker yang tengah menjadi tempat tinggalnya, dirusak dimasa lalu. Seseorang telah memotong salah satu cabang pohon tersebut, dan kemudian membuatnya menjadi sebuah ukiran permainan ULAR TANGGA. Sebuah peristiwa terkutuk yang memakan korban jiwa. Seperti apakah keseruan ceritanya? BACA JUGA Sinopsis Film Trinity, The Nekad Traveler 2017 Detail Film Ular Tangga Crew Genre / Jenis Film Drama, Horror, Thriller, Mystery Sutradara Film Arie Azis Rumah Produksi Film Lingkar Film Penulis Naskah skenario / Novel Film Mia Amalia Produser Film Tommy Soemarni Durasi Film - menit Tanggal Rilis / Tayang Film 9 Maret 2017 Indonesia Negara asal Film Indonesia Bahasa Film Indonesia Pemain Film Ular Tangga Cast Alessia Cestaro Randa Septian Yova Gracia Ahmad Affandy Fauzan Nasrul Shareefa Danish Vicky Monica Trailer Film Ular Tangga 2017
maksud akhir film ular tangga